BHINNEKA TUNGGAL IKA
Nama : Rizki Agung
Universitas : Gunadarma
Dosen : Ahmad Nasher SI.Kom, MM
Universitas : Gunadarma
Dosen : Ahmad Nasher SI.Kom, MM
Secara
etimologi atau asal-usul bahasa, kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari
bahasa Jawa Kuno yang jika dipisahkan menjadi Bhinneka =
beragam atau beraneka, Tunggal = satu, dan Ika = itu. Artinya, secara harfiah,
jika diartikan menjadi beraneka satu itu. Maknanya, dapat dikatakan bahwa
beraneka ragam tetapi masih satu jua. Semoboyan ini diambil dari kitab atau
kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan
majapahit sekitar abad ke-14 M.
Hal
ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi diwilayah Indonesia, dengan
keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, bahasa
daerah, ras, agama, dan kepercayaan, lantas tidak membuat Indonesia
menjadi terpecah-belah. Melalui semboyan ini, Indonesia dapat dipersatukan dan
semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
SEJARAH BHINNEKA TUNGGAL
IKA
Semboyan
Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah kutipan yang diambil dari Kitab Sutasoma
karangan Empu Tantular yang ditulis atau dikarang pada tahun ke-14 Masehi atau
lebih tepatnya pada zaman Kerajaan Majapahit yang notabene menganut kepercayaan
Hindu. Empu Tantular merupakan seorang penganut Budha pada masa Majapahit,
namun itu tidak membuat hidupnya menjadi tidak aman atau tidak tentram.
Sebaliknya, Empu Tantular menjalani kehidupan yang aman dan tentram di bawah
kepercayaan Hindu yang dianut oleh kerajaan. Dalam kitab tersebut, Empu
Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring
apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka
tunggal ika tan hana dharma mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu)
merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina(Buddha) dan Siwa
adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang
mendua).
Bhinneka
Tunggal Ika mulai menjadi bahan diskusi saat dimulainya proses persiapan
kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Ir.Soekarno bersama dengan Muhammad Yamin, dan
I Gusti Bagus Sugriwa membuat diskusi kelompok kecil di sela-sela sidang BPUPKI
perihal mempersiapkan kesiapan-kesiapan untuk memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia.
Setelah
beberapa tahun kemudian, ketika para tokoh bangsa yang telah memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia berembuk untuk merancang lambang Negara, maka timbullah
ide untuk memasukkan semoyan Bhinneka Tunggal Ika ke dalam lambang tersebut.
Maka jadilah, pada lambing burung garuda, pada kaki burung tersebut, terdapat
tulisan Bhinneka Tunggal Ika.
Secara
resmi, lambang burung Garuda beserta tulisan Bhinneka Tunggal Ika tersebut
digunakan pada saat Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat yang dipimpin
oleh wakil presiden saat itu, yaitu Mohd.Hatta pada tanggal 11 Februari 1950.
Lambang ini disahkan berdasarkan usulan dari Sultan Hamid 2 dan Muh.Yamin.
sebenarnya, banyak sekali yang mengusulkan rancangan lambang dari tokoh-tokoh
saat itu, tetapi yang terpilih ialah rancangan yang dibuat oleh Sultan Hamid
beserta Muh.Yamin.
Sebenarnya,
semboyan Bhinneka Tunggal Ika lebih bermanifestasi kepada keadaan kepercayaan
atau agama pada masa itu. Empu Tantular dalam kitabnya, menceritakan kata-kata
itu untuk menggambarkan keadaan damai yang dirasakan walaupun terdapat
perbedaan kepercayaan. Namun, oleh para tokoh bangsa, semboyan ini diberikan
penafsiran baru untuk memenuhi permintaan kondisi akan zaman tersebut.
Indonesia yang beraneka ragam tetapi bersatu padu, dianggap sesuai dengan makna
semboyan tersebut.
Para
Founding Fathers yang kebanyakan beragama Islam pada saat itu, terlihat sangat
toleran terhadap usulan semboyan yang diusulkan oleh Muh.Yamin. watak inilah
yang menjadi cerminan rakyat Indonesia yang sangat toleran terhadap
keanekaragaman yang ada. Rakyat Indonesia telah mengenal aneka ragam suku
bangsa, ras, kepercayaan jauh sebelum agama-agama dating dan masuk ke
Indonesia.
FUNGSI BHINNEKA TUNGGAL IKA
Bangsa
Indonesai telah lama hidup di dalam keaneka ragaman, tetapi hal ini tidak
pernah menampilkan perseteruan antar rakyat Indonesia. Keberagaman yang ada
digunakan untuk membentuk suatu Negara yang besar. Keberagaman yang terjadi
baik itu di dalam segi kepercayaan, warna kulit, suku bangsa, agama, bahasa,
menjadikan Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang besar dan berdaulat.
Sejarah mencatat bahwasanya semua anak bangsa yang tergabung dalam berbagai
macam suku turut serta memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan
mengambil peran masing-masing.
Para
tokoh bangsa yang bergerak dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia telah
menyadari tantangan yang harus dihadapi oleh karena kemajemukan yang ada di
dalam bangsa ini. Keberagaman menjadi sebuah realitas yang tidak dapat
dihindari di dalam negeri ini. Pemikiran dan tindakan yang diperbuat tidak lain
dan tidak bukan hanya untuk menunjukkan pada dunia bahwa cita-cita bangsa akan
terwujud dengan keanekaragaman itu. Ke-bhinneka-an merupakan sebuah hakikat
realitas yang telah ada dalam bangsa Indonesia, sedangkan ke-Tunggal-Ika-an merupakan
sebuah cita-cita kebangsaan. Wahana inilah yang menjadi jembatan emas
penghubung menuju pembentukan Negara berdaulat serta menunjukkan kebesarannya
di mata dunia.
Konsep
Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah semboyan yang dijadikan dasar Negara Indonesia.
Oleh karena itu, Bhinneka Tunggal Ika patut dijadikan sebagai landasan untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan di dalam bangsa Indonesia. Kita sebagai
generasi selanjutnya yang bisa menikmati kemerdekaan dengan mudah, haruslah
bersungguh-sungguh dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa
saling menghargai dengan masyarakat tanpa saling memikirkan percampuran suku
bangsa, ras, agama, bahasa, dan keaneka ragaman lainnya. Tanpa adanya kesadaran
di dalam diri rakyat Indonesia, maka pantaslah Indonesia akan hancur dan
terpecah belah.
PRINSIP BHINNEKA TUNGGAL
IKA
1. Common Denominator
Di
Indonesia, berbagai macam keaneka ragaman yang ada tidaklah membuat bangsa ini
menjadi pecah. Terdapat 5 agama yang ada di Indonesia, dan hal tersebut tidak
membuat agama-agama tersebut untuk saling mencela. Maka sesuai prinsip pertama
dari Bhinneka Tunggal Ika, maka perbedaan-perbedaan di dalam agama tersebut
haruslah dicari common denominatornya, atau dengan kata lain kita haruslah
mencari persamaan dalam perbedaan itu, sehingga semua rakyat yang hidup di
Indonesia bisa hidup di dalam keanekaragaman dan kedamaian dengan adanya
kesamaan di dalam perbedaan tersebut.
Begitu
juga halnya dengan dengan aspek lain yang memiliki perbedaan di Indonesia,
seperti adat dan kebudayaan yang terdapat di setiap daerah. Semua macam adat
dan budaya itu tetap diakui konsistensinya sebagai adat dan budaya yang sah di
Indonesia, namun segala macam perbedaan tersebut tetap bersatu di dalam bingkai
Negara kesatuan republik Indonesia.
2. Tidak Bersifat Sektarian
dan Enklusif
Makna
yang terkandung di dalam prinsip ini yaitu semua rakyat Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan menganggap bahwa dirinya
atau kelompoknya adalah yang paling benar, paling hebat, atau paling diakui
oleh yang lain. Pandangan-pandangan sectarian dan enklusif haruslah dihilangkan
pada segenap tumpah darah Indonesia, karena ketika sifat sectarian dan enklusif
sudah terbentuk, maka akan banyak konflik yang terjadi dikarenakan kecemburuan,
kecurigaan, sikap yang berlebihan, dan kurang memperhitungkan keberadaan
kelompok atau pribadi lain.
Bhinneka
Tunggal Ika bersifat inklusif, dengan kata lain segala kelompok yang ada
haruslah saling memupuk rasa persaudaraan, kelompok mayoritas tidak
memperlakukan kelompok minoritas ke dalam posisi terbawah, tetapi haruslah
hidup berdampingan satu sama lain. Kelompok mayoritas juga tidak harus
memaksakan kehendaknya kepada kelompok lain.
3. Tidak Bersifat
Formalistis
Bhinneka
Tunggal Ika tidak bersifat formalistis, yang hanya menunjukkan perilaku semu
dan kaku. Tetapi, Bhinneka Tunggal Ika bersifat universal dan menyeluruh. Hal
ini dliandasi oleh adanya rasa cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling
percaya mempercayai, dan saling rukun antar sesame. Karena dengan cara inilah,
keanekaragaman dapat disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan.
4. Bersifat Konvergen
Bhinneka
Tunggal Ika bersifat konvergen dan tidak divergen. Segala macam keaneka ragaman
yang ada jika terjadi masalah, bukan untuk dibesar-besarkan, tetapi haruslah
dicari satu titik temu yang dapat membuat segala macam kepentingan menjadi
satu. Hal ini dapat dicapai jika terdapatnya sikap toleran, saling percaya,
rukun, non sectarian, dan inklusif.
Kesimpulan
:
Bhinneka
Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno
yang jika dipisahkan menjadi Bhinneka = beragam atau beraneka, Tunggal = satu,
dan Ika = itu. Secara harfiah, jika diartikan menjadi
beraneka satu itu, maknanya
dapat dikatakan bahwa beraneka ragam tetapi masih satu jua. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan
sebuah kutipan yang diambil dari Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular yang
ditulis atau dikarang pada tahun ke-14 Masehi atau lebih tepatnya pada zaman
Kerajaan Majapahit. Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi bahan
diskusi saat dimulainya proses persiapan kemerdekaan Indonesia.
Fungsi dari adanya Bhinneka Tunggal Ika adalah agar kita bisa saling menghargai
dengan masyarakat tanpa saling memikirkan percampuran suku bangsa, ras, agama,
bahasa, dan keaneka ragaman lainnya. Tanpa
adanya kesadaran di dalam diri rakyat Indonesia, maka pantaslah Indonesia akan
hancur dan terpecah belah.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar